• Filsafat Partuturan - Habang binsusur martolutolu, Malo martutur padenggan ngolu.
  • Filsafat Partuturan - Habang sihurhur songgop tu bosar, Na so malo martutur ingkon maos hona osar
  • Filsafat Partuturan - Manat mardongan tubu
  • Filsafat Partuturan - Somba marhulahula
  • Filsafat Partuturan - Elek marboru.
  • www.gobatak.com - Boru Batak Kenalkan Budaya Suku Batak Di Negara Perancis Lewat Buku.

Featured articles

Manat Mardongan Tubu. Dongan tubu dalam adat Batak adalah kelompok masyarakat dalam satu rumpun marga. Rumpun marga suku Batak mencapai ratusan marga induk. Silsilah marga-marga Batak hanya diisi oleh satu marga. Nunc Read More ...

1. Somba marhula-hula Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Dalam adat Batak yang paternalistik, yang melakukan peminangan adalah pihak lelaki, sehingga apabila perempuan sering datang ke rumah laki-laki yang bukan saudaranya, disebut bagot tumandangi sige, a Read More ...

Elek Marboru Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat(pasu-pasu) Read More ...

Like TobaTHE LEGEND OF LAKE TOBA
Once upon a time, lived a young orphan farmer in the northern part of the Sumatran Island. This area was very dry. The young man lived from farming and fishing. One day he went fishing, he already fishing for half of the day but still not getting any fish yet. So he returned home for the day turns to night, but when he nearly left he saw a big beautiful golden fish, he then caught the fish and brought it home. He intended to cook the fish right away but watched the beauty of this fish he then cancelled his intention. He chose to keep it as pet, and then he placed it in a big pond and feed it.


Like Toba


On the next day, like usual, he went to his farm, and on the noon he comeback home, to have lunch. But when he arrived in his house he was very startled for the meal had prepared to be eaten. He then fears that the fish might be stolen, and then hastily he ran to the back of his house. However, the fish was still in place, for a long time he thinks, "Who cooks those meals", but because his is very hungry, he ate those meals. But this incident continued to occur again repeatedly, every time he came home for lunch, the meals are prepared on the table. Then one day this young man made a strategy to find out who cooks those meals, the next day he then began to commence his strategy, he then hide around the trees close to his house. He was waiting for a long time, but the smoke in his kitchen still has not been seen, and when he then intended to return home, he began to see the smoke in the kitchen.
"Hey woman, who are you, and where are you came from?" the woman began to drop tears, and then the young man saw his fish was no longer in the pond. He asked the woman, "hey woman, where is the fish in that pond?" the Woman cried intensely, but this young man continued to ask and finally the woman answers, "I was the fish that was caught by you". The young man then startled, but because he felt that he had hurt the feelings this woman, then he said, "Hey woman, did you want to become my wife??" the Woman then startled, he stay quiet, then the young man said "Why are you silent??" Then the woman said, "I wanted to become your wife. But with one condition." "What is the condition?" the young man quickly asked, the woman then said, "In the future if our child was born and grew, never even once you said that he/she was anakni Dekke (child of a fish) ".
The young man then agreed to that condition and swore he will never say it. Then they were married and granted a child. When the child was 6 years old, this child turn to be

very naughty. Then one day the mother told her child to deliver meals to his father field, the child then went to deliver rice to his father. But in the middle of the trip, this child was felt hungry, then the child opened food package for his father, and ate the food. After finished eating, the child then wrapped it back and continued the trip to his father's field.
On arrival the child gave the food package to the father, the father was very happy, the father then sat and immediately opened the food package that was sent by his wife to be carried by his child. But he was very startled when he opened the package there is only bones remained. The father then asked his child "Hay my child, why there are only bones left in this package??" And the child answers," In my trip I felt hungry, so I ate the food." Listened to that the father was very angry, he then slap his child and said, "Botul maho anakni dekke (Why you child of a fish),". The child is then ran home crying and ask to his mother "Mak, Olo do na in dokkon amangi, botul do au anakni dekke? (Mother, is it true what father said, that I am a child from a fish?) " Heard his child's words his mother was startled. While dropping tears and saying in her heart, "My husband has violated his swore, and now I must return to my place." Then the sky was suddenly become dark followed with lightning, thunder, storm, and rain. The child and the mother disappeared, from their footprint emerged a spring that flowed water as swiftly as possible. Until this area was turned into a lake, that was named as "Tuba Lake" the lake without mercy, but because of the bataks was difficult to say "Tuba", then this lake was mentioned as

NAMA DAN ISTILAH BENDA BERSEJARAH SUKU BATAK

Banyak suku batak, khususnya Batak Toba yang hingga saat ini kurang atau bahkan tidak mengerti dengan hal-hal mengenai kebudayaan batak, selain kurangnya minat generasi Muda untuk mempelajari sejarah Seni Budayanya sendiri juga dikarenakan sulitnya menemukan tempat atau museum yang menyimpan secara lengkap benda-benda bersejarah seputar seni budaya.
Selain benda-benda bersejarah tersebut, istilah-istilah atau nama-nama benda bersejarah tersebut juga sudah cukup langka sehingga kemungkinan besar Generasi Penerus Suku Batak bisa-bisa tidak mengerti sama sekali mengenai seni budayanya sendiri nantinya, dalam hal ini saya akan membantu generasi muda khususnya Orang Batak mengenai Nama dan Arti dari Benda-Benda bersejarah yang terdapat dari Tanah Batak, adapun benda-benda serta nama dan artinya adalah sebagai berikut:
  1. HOMBUNG : Peninggalan lama, dibuat dari kayu pinasa, diukir motif gorga Batara Siang. Dipakai untuk tempat harta don barang pusaka lainnya. Hombung ini juga berfungsi sebagai dipan untuk tempat tidur pemiliknya (Kepala rumah tangga).
  2. RUMBI :Bahan dari batang pohon nangka, digunakan untuk tempat harta dan barang pusaka.
  3. SAPA : Sejenis pinggan dari kayu nangka tempat nasi untuk makan bersama (sekeluarga). Istilah Sapa-nganan adalah identifikasi dari keadaan makan bersama dari Sapa, artinya Sapanganan identik dengan kaum kerabat, keluarga dekat.
  4. POTING : Bahannya dari bambu, tali ijuk don rompu hotang digunakan untuk tempat mengambil air dari sumber air untuk persediaan air di rumah.
  5. TABU-TABU : Bahan dari buah labu tutupnya dibuat dari kayu bentuk patung, dulu digunakan untuk tempat air minum dan dewasa ini banyak digunakan sebaqai hiasan.
  6. HUDON TANO : Periuk dari tanah liat yang digunakan untuk memasak ikan dan sayuran.
  7. PARRASAN :Bahan dari baion logen (sejenis pandan) dianyam, digunakan untuk tempat beras.
  8. HADANG HADANGAN (1) : Sejenis tas tangan tempat belanjaan atau barang barang bawaan waktu berpergian. Bahannya dibuat dari baion (login) dianyam secara khusus diberi bertali sehingga praktis untuk di bawa-bawa.
  9. HADANG HADANGAN (2) : Serupa dengan di atas tetapi lebih kecil, digunakan untuk tempat garam.
  10. HAJUT PARDEMBANAN : Dibuat dari daun pandan, dianyam sedemikian indah untuk tempat sirih dan kelengkapannya. biasanya digunakan oleh kaum ibu.
  11. HAJUT-HAJUT : Hajut Pardembanan motif lain dibuat dari daun Pandan Simata dan Kain merah. Berasal dari daerah Angkola.
  12. TEMPAT TEMBAKAU : terbuat dari kayu yang yang tutupnya diukir.
  13. LEANG (1) : Dibuat dari kuningan dan tembaga, diukir dengan motif khusus Singa-Singa, dipakai sebagai hiasan pelengkap kebesaran. Dipakai pada waktu pesta oleh kaum laki-laki.
  14. LEANG (2) : Bahannya dari kuningan, tembaga dan simbora, dipakai oleh kaum ibu waktu pesta-pesta.
  15. GOLANG : Bahan dari kuningan, diukir ragam hias Singa-Singa dipakai oleh kaum Bapak.
  16. SIBONG SITEPAL : Kerabu Batak, dibuat dari kuningan dan emas batak digunakan sebagai penghias telinga oleh kaum ibu dan bapak.
  17. SIBONG OTTOK-OTTOK : Kerabu batak jenis lain dipakai oleh kaum wanita sebagai perhiasan.
  18. SORTALI (1) : Bahan dibuat dari tembaga, disepuh dengan emas batak ditempelkan paada kain merah, dipakai untuk ikat kepala (Mahkota) laki-laki pada pesta-pesta besar.
  19. SORTALI (2) : Serupa dengan Sortali kaum lelaki, tetapi motif ini khusus untuk wanita.
  20. TAGAN : Tempat barang berharga (barang-barang Mas dan Perak) dibuat dari kayu keras (Pokki). Diukir dalam bentuk dan komposisi yang harmonis.
  21. LAGE-TIAR : Dibuat dari “bayon login” = daun pandan, dianyam dipakai untuk alas/tempat duduk don tempat tidur.
UNING-UNINGAN, SENI UKIR DAN PATUNG GORGA
  1. ULU PAUNG : Bahan dari hariara pulut digorga dalam tiga warna (merah, putih don hitam). Bentuknya termasuk ornamen Raksasa. Ditempatkan dipuncak wuwungan rumah atau sopo. Ulupaung diyakini sebagai lambang keperkasaan dan perlindungan terhadap seisi rumah, sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.
  2. JENGGAR (1) : Hiasan pada bagian tengah tombonan adap-adop dan halang godang. Diyakini mampu mengusir setan yang mau masuk kedalam rumah. Digorga dalam tiga warna dipakai untuk ruma gorga.
  3. SANTUNG SANTUNG : Hiasan vertikal tergantung di ujung dila paung dihias dengan gorga Gaya Dompak sebagai symbol kebenaran dan tegaknya hukum.
  4. GAJA DOMPAK DORPI JOLO (1) (2) (3) (4) : Ditempatkan pada dinding depan (dorpi jolo) fungsinya untuk mengingatkan manusia terhadap tegaknya hukum.
  5. SINGA-SINGA : Salah satu motif singa-singa sopo gorga dibuat dari kayu hariara pulut diberi warna tiga bolit ditempatkan di dinding depan (dorpi jolo) kiri dan kanan. Diyakini sebagai lambang dari wibawa dan symbol keadilan hukum dan kebenaran (duplikat).
  6. TAGANING (1 – 5) : Disebut juga Saridondon, bahannya dibuat dari kayu, rotan dan kulit kambing dipakai untuk pelengkap ogung sabangunan.
  7. OGUNG PONGGORA : Sihutur tolong bahannya terdiri dari perunggu ditempah bulat, ditengah jendul berisi puli (damar) dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  8. OGUNG PANGALUSI : Sitapi sindar mata ni ari. Bahannya dan fungsinya sama dengan ogung panggora.
  9. OGUNG DOAL : Serupa dengan diatas, nama lainnya Dori Mangambat.
  10. OGUNG OLOAN : Digunakan untuk pelengkap ogung sabangunan.
  11. SARUNE BOLON : Serunai panjang dibuat dari kayu, dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  12. GARANTUNG : Bahannya dari kayu ringan dipakai untuk alat musik ringan.
  13. HASAPI : Bahannya dari kayu ringan talinya dari kawat halus atau riman dipakai alat musik ringan (gondang hasapi) don untuk mengiringi lagu.
  14. SARUNE GETEP : Serunai kecil dipakai untuk mengiringi gondang hasapi dan untuk mengiringi lagu.
  15. TULILA : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan terutama ditempat sunyi.
  16. SIGALE-GALE : Wayang Batak diperbuat dari kayu di ukir berbentuk mausia dilengkapi tali-temali yang dapat menggerak-gerakkan, menari, manortor mengikuti gondang dengan kemahiran seorang dalang untuk memainkannya. Tortor sigale-gale diadakan dalam upacara ritus pada waktu kematian seseorang yang berusia lanjut, tetapi tidak mempunyai keturunan.Dahulu acara tor-tor seperti ini disebut upacara Papurpur Sapata. Dewasa ini tor-tor sigale-gale lebih merupakan acara hiburan.
DUNIA MISTIS
  1. TUNGGAL PANALUAN: Bahannya dibuat dari kayu tada-tada, diukir berbentuk manusia, cecak, ular, kala jengking dan binatang berbisa lainnya, patung manusia, bagian atas diberi berambut. Tunggal Panaluan disebut Tongkat Sakti, tongkat sihir penolak bala digunakan waktu pesta Satti, Mandudu dan lain lain.
  2. TUNGKOT BALEHAT : Bahan dari kayu tada-tada diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, kadal, ular dan binatang berbisa lainnya. Dipakai untuk tujuan magik oleh para datu.
  3. SAHAN (1) (NAGA MORSARANG) : Bahan dari tanduk kerbau diukir disumbat dengan tutup kayu berukir dipakai untuk tempat obat oleh para datu, motif toba.
  4. SAHAN (2) (SIBIAKSA) : Sahan motif Samosir, fungsinya soma dengan Sahan, motif Toba.
  5. PISO HALASAN (1) : Bahan dibuat dari besi, suhulnya (gagang) dari tanduk Rusa, Sarong dari kayu dilapis dengan kulit ekor kerbau, Dipakai untuk menyembelih kerbau waktu pesta gondang Sarimatua, Piso Halasan juga digunakan sebagai lambang kebesaran bahwa pemiliknya telah pernah mengadakan pesta besar, mangalahat horbo diiringi gondang Sabangunan. Piso Halasan biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat lengkap.
  6. PISO HALASAN (2) : Gagangnya dari tanduk, pisau dari besi baja, sarangnya dari kayu dilapis kulit ekor kerbau pada ujung sarong dibuat tanduk berukir. Fungsinya soma dengan Piso Halasan (1).
  7. SAHAN (3) : Sahan kecil dari tanduk kambing diukir disumbat dengan patung kayu, digunakan oleh datu untuk tempat pupuk.
  8. SONDI : Dibuat dari kayu berukir singa-singa ditunggangi oleh manusia badan berbentuk tabung berukir dari tanduk kerbau. Digunakan untuk tempat pupuk oleh datu.
  9. GUCI PARPAGARAN : Bahan dibuat dari keramik baker dibuat tempat pagar pelindung keluarga dari marabahaya.
  10. HAJO: Guci dibuat dari bahan keramik (tembikar) dipakai sebagai tempat air atau tuak
  11. PATUNG DEBATA IDUP LAKI-LAKI (1) : Duplikat, bahan dibuat dari kayu nangka. Dahulu patung jenis ini sengaja dibuat sebagai perwujutan dari Debata idup (Mulajadi Nabolon silehon hangoluan) dianggap sebagai pelindung bagi kelompok atau marga pembuatnya. Dewasa ini patung jenis ini juga tetap dibuat namun telah berobah fungsi menjadi sejenis hiasan.
  12. PATUNG DEBATA IDUP PEREMPUAN (2) : Duplikat, pasangan dari patung Debata Idup Laki-laki.
  13. PATUNG DEBATA IDUP (3) : Motif lain dari patung Debata idup.
  14. PATUNG AJIDONDA SILINDUAT : Jenis lain dari patung Debata idup Dua buah, patung laki-laki dan wanita dirangkai menjadi satu digunakan untuk upacara magic.
  15. PATUNG SIHARHARI : Terdiri dari dua buah patung kayu laki-laki dan perempuan dirangkai menjadi satu digunakan dalam upacara magic.
  16. TIGA BOLIT : Dibuat dari kain berwarna merah putih dan hitam, dipilin menjadi satu. Dipakai oleh datu sebagai tali-tali.
  17. BONANG MANALU : Bahannya dari benang merah putih dan hitam, biasanya dipergunakan sebagai jimat setelah diberi mantera oleh datu (dukun).
  18. GURI-GURI SIBOANON : Bahan dari porselen digunakan te mpat pagar / Mascot untuk dibawa-bawa.
  19. GURI-GURI TAOR (1) : Bahan dari porselen dipakai untuk tempat taor didalam rumah.
  20. GURI-GURI PARMIAHAN : Guri-Guri tempat pupuk.
  21. PATUNG SITOLU : Bahan dibuat dari kayu dipahat berbentuk tiga manusia menyatu, kemungkinan merupakan gambaran dari tri tunggal mulajadi.
  22. PATUNG SIDUA SAIHOT : Patung kayu dirangkai dengan tali ijuk kemungkinan adalah motif lain dari Debata idup.
  23. BULU SONDI : Jenis lain dari tabung bambu tempat ramuan obat-obatan.
  24. SALUNG : Dibuat dari bambu dipakai untuk tempat minum ramuan obat-obatan.
  25. TOPENG (1) : Bahannya dari kayu dipakai waktu tari topeng ketika pesta turun.
  26. SONDI TANDUK : Bahannya dari tanduk dan kayu diukir dan dipahat bentuk patung manusia mengendarai hoda-hoda. Dipakai untuk tempat pupuk.
  27. SONDI TANDUK : Bahan dari tanduk rusa berukir tutupnya dari kayu dipahat bentuk patung hoda-hoda, digunakan sebagai tempat pupuk.
  28. POHUNG (1) : Bahannya dari batu, dipahat bentuk manusia Digunakan sebagai patung penjaga kebon setelah diisikan pupuk kedalamnya
  29. PANGULU BALANG : Patung batu digunakan sebagai penjaga kampung dari niat jahat orang lain, biasanya ditempatkan di benteng (parik ni huta).
  30. PATUNG HODA-HODA : Bahannya dari kayu keras, dahulu dibuat sebagai lambang kenderaan kayangan, tunggangan nenek moyang menuju kayangan. Dewasa ini juga dibuat para seniman tetapi fungsinya telah berubah dari tujuan mistik ke tujuan Dekorasi (hiasan).
ILMU PENGETAHUAN
  1. PUSTAHA :D uplikat dibuat dari kulit kayu ulim (laklak) bertuliskan aksara Batak berisi ilmu pengetahuan, kalender, mantera dan lain-lain.
  2. PORHALAAN (1) :Kalender Batak, dari bambu (bambu suraton) Ditulis dalam aksara Batak dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan, digunakan untuk meramalkan hari baik untuk pelaksanaan pesta adat, langkah rejeki dan sebagainya.
  3. PARHALAAN (2) :Bahan dari bambu, diberi bertutup dari kayu diukir berbentuk patung hoda-hoda. Tabung bambu sekaligus tempat pagar (penangkal) fungsi lain sama dengan Porhalaan (1).
  4. PARHALAAN (3) :Fungsinya sama dengan Porhalaan (2), bahannya dibuat dari tulang kering hewan diberi tutup dari kayu berukir.
  5. BULU PARHALAAN (TONDUNG SAHALA) :Bahannya dari kerat bambu lepas, disusun sedemikian rupa digunakan untuk meramal hari baik.
  6. BULU PARTONAAN :Bahan dari seruas bambu kecil, bertutup bambu, digunakan untuk mengirim surat atau pesan penting.
  7. GARUNG-GARUNG SONDI :Tempat menyimpan surat-surat penting, mantera-mantera don lain lain, dibuat dari seruas bamboo besar berukir halus tutupnya artistik.
  8. RUJI-RUJI BINDU MATOGA :Kalender batak dibuat dari tulang rusuk hewan digunakan oleh datu untuk meramal sesuatu.
ALAT-ALAT NELAYAN
  1. SOLU JAMBANG :Sampan jenis lain yang lebih besar dari solu lunjup, biasanya dipakai di air yang tidak mengalir (di danau), fungsinya sama dengan solu lunjup dapat dipakai untuk mengangkut dua orang sekaligus.
  2. HOLE :Bahannya dari kayu dipakai untuk alat dayung.
  3. GOLI-GOLI :D ibuat dari kayu (papan) dipakai untuk tempat duduk di dalam sampan.
  4. TAHU-TAHU :Bahannya dari bambu, dipakai untuk membuang air yang masuk kedalam sampan.
  5. BUBU TIRI-TIRI :Bahannya dari bambu digunakan menangkap ikan tiri-tiri (ikan kecil semacam ikon teri).
  6. BUBU JAHIR :Bahannya dari lidi ijuk dan tali riman, digunakan menangkap ikon jahir, pora-pora, undalap don lain-lain.
  7. BUBU IHAN :Bahannya dari lidi ijuk (Tarugit) bentuknya lebih besar, digunakan untuk menangkap ikan yang besar-besar seperti ikan mas, ihan dll.
  8. HERENGAN :D ibuat dari tarugit digunakan untuk menyimpan ikan tangkapan di dalam air agar tetap hidup sebelum dibawa pulang ke darat.
  9. HIRANG-HIRANG (1) :Bahan dari bambu, dianyam digunakan untuk tempat ikan tangkapan terutama jenis ikan-ikan besar.
  10. HIRANG-HIRANG (2) :Bahan dari bambu, dianyam diberi bertali dari tali ijuk digunakan untuk tempat ikan tangkapan direndam dalam air agar ikan tetap hidup
  11. HIRANG-HIRANG (3) :Bahan dari rotan dianyam berbentuk bulat, digunakan untuk tempat ikan tangkapan” biasanya digantung diikat pinggang.
ALAT SENJATA BERBURU
  1. ULTOP : Bahan dari bambu, peluru dari biji-bijian, biasa dipakai untuk perang-perangan oleh anak-anak muda sebagai senjata, peluru ultop ini biasanya dibubuhi racun.
  2. PULUR : Peluru anak panah dibuat dari tanah liat dikeringkan setelah dibubuhi racun (untuk perang).
  3. PANA :D uplikat busur panah dengan peluru (anak panah) dari bambu atau pakko.
  4. SIOR :Anak panah terbuat dari bambu
  5. HUJUR (1) :dibuat dari besi kuningan dan gagang kayu pakko, dipakai alat berperang. Hujur, dewasa ini juga dipakai untuk berburu.
  6. PARANG :Alat senjata sejenis golok dibuat dari besi.
  7. PALAIT :Jenis lain dari Tombak dipakai sebagai alat senjata dan alat berburu.
  8. HUJUR BULU :Bahannya dari bambu poso pada ujung bagian pangkad diruncingi digunakan untuk menombak (berburu) binatang.
ALAT-ALAT DAPUR
  1. DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.
  2. LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.
  3. HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.
  4. SUSUBAN : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.
  5. HADANG-HADANGAN : Bahan dari baion, diayam don diberi bertali, dipakai untuk tempat garam, cabe dan lain se-bagainya (rempah-rempah).
  6. GEANG-GEANG : Dibuat dari anyaman rotan, digunakan untuk tempat ikan ataupun Susuban berisi ikan. Biasanya digantung di dapur agar ikannya aman dari intaian kucing.
  7. SONDUK SEAK : Bahan dibuat dari bambu, tempurung dan rotan fungsinya soma dengan sendok bambu.
  8. SEAK-SEAK BORHU : Bahan dari tempurung kelapa dasar dan tutupnya dibuat bertali (dirompu) digunakan sebagai tempat garam.
  9. POTING : Dibuat dari bambu, diberi tali dipakai untuk mengambil air dari sumber air.
  10. LAGE-LAGE : Tikar kecil dari baion dipakai sebagai tempat duduk didapur untuk tempat makan.
  11. Sambilu “Kulit bambu tipis” : Alat yang digunakan oleh sibaso (Bidan) memotong tali pusat anak yang baru lahir.
  12. PAPENE : Bahan dari kayu keras, digunakan untuk menggiling bumbu masak.
  13. PANUTUAN : Serupa dengan papene tapi lebih besar.
  14. TUTU : Alat menggiling bumbu, terbuat dari batu.
  15. LOSUNG : Terbuat dari kayu dipakai untuk menumbuk sayur-sayuran.
  16. ANDALU : Alat penumbuk (Antan), sebagai pasangan lesung dibuat dari kayu bulat dan keras.
  17. SAPA (2) : Pinggan tempat makanan sekeluarga, dibuat dari kayu nangka bentuk berkaki.
  18. PARANG : Bahan dari besi dipakai untuk pisau dapur.
ALAT-ALAT TENUN TRADISIONAL
  1. BUSUR HAPAS : Dibuat dari bambu berbentuk busur panah (Sumbia) Digunakan untuk membusur kapas, mengembangkan dalam kondisi merata agar mudah dijadikan benang dengan sorha.
  2. SORHA TANGAN : Bahan terbuat dari kayu, papan dan besi (Kawat). Digunakan untuk memintal benang dari kapas. Roda pemintal degerakkan dengan tangan.
  3. SORHA PAT (1) : Bahan dari kayu, papan dan besi digunakan untuk memintal’ benang dari kapas, Roda pemintal digerakkan dengan kaki. Dipakai pada jaman pendudukan Tentara Jepang di Tapanuli.
  4. SORHA PAT (2) : Motif lain dari Sorha. Banyak digunakan pada jaman pendudukan tentara Jepang di Tapanuli Utara (Tanah Batak).
  5. PANGUNGGASAN : Dibuat dari bambu, fungsinya untuk menegangkan memadatkan benang. Diolesi dengan campuran air tajin dan nasi lembek.
  6. UNGGAS : Bahan- terbuat dari ijuk digunakan untuk mengoleskan kanji (air tajin dan. nasi lembek) untuk menegangkan benang.
  7. SOSA : Alat membuat gatip-gatip pada motif ulos. Bahan terdiri dari Seak-seak (tempurung kelapa) bahan pewarna dan bulu ayam.
  8. ANIAN : Bahan dari kayu jion dan pakko, digunakan untuk merakit benang sebelum ditenun.
  9. TUNDALAN (PAMUNGGUNG) : Bahan dari kayu nangka dipakai untuk sandaran pinggul waktu bertenun.
  10. TALI PAPAUT : Bahan dari tali ijuk dipakai waktu bertenun, fungsinya untuk menghubungka
  11. PAGABE : Bahannya dari pakko, digunakan menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang.
  12. BALIGA : Bahan dari pelepah daun enau (hodong) digunakan untuk memapatkan benang tenunan.
  13. TURAK : Bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk menghantar benang sirat kain tenunan.
  14. HASOLI : Dibuat dari lidi, digunakan untuk gulungan benang sirat didalam turak.
  15. SOKKAR : Bahannya dari kulit hodong (ruyung) kedua ujungnya dibuat runcing, digunakan untuk menegangkan benang guna mengatur pola tenunan.
  16. HATULUNGAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk pemisah benang tenun, mengatur pola dan baris-baris benang.
  17. HAPULOTAN : Bahan dari kayu, fungsinya untuk mengatur benang tenun supaya tidak simpang siur.
  18. BALOBAS : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk merapikan benang yang akan ditenun.
  19. LILI : Dibuat dari ruyung, digunakan untuk mengatur corak warna kain tenunan.
  20. PAMAPAN : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk gantyungan benang yang ditenun.
  21. SITADOAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk landasan kaki waktu bertenun.
  22. BALIGA SIRAT : Bahan dibuat dari pakko, digunakan untuk merapatkan (memapatkan) benang pada ujung kain ulos yang telah siap ditenun bersisikan rambu.
ALAT-ALAT PERTANIAN
  1. ANSUAN : Bahan dari batang pohon enau (pakko) dipakai untuk mengolah tanah sawah pada tahap permulaan (sebagai cangkol).
  2. ORDANG : Bahan terbuat dari pakko, digunakan untuk alat melobong tanah untuk tempat benih padi ditanami, biasanya di lahan kering dengan tanah keras.
  3. PANASAPI : Gagang dibuat dari pakko mata dari tulang sasap (belikat) kerbau, dipakai untuk membersihkan dan meluruskan pematang sawah.
  4. PANGALI :Gagang dibuat dari kayu mata dari besi, dipakai untuk menggali tanah disamping fungsi lain seperti Panasapi.
  5. SORHA-SORHA : Bahannya dari pakko, kayu, dipakai untuk perlengkapan membajak sawah jika menggunakan seekor kerbau.
  6. AUGA : Bahannya dari kayu dan pakko, perlengkapan membajak sawah dengan menggunakan duo ekor kerbau.
  7. NINGGALA : Dibuat dari kayu jior dan pakko, dipakai alat membajak/ menggemburkan tanah ditarik oleh kerbau.
  8. SISIR : Dibuat dari kayu, pakko dan bambu, digunakan untuk menggemburkan tanah dalam proses lanjutan setelah siap dibajak.
  9. TOPPI : Bahan dibuat dari Rotan, dianyam digunakan untuk mengikat leher kerbau waktu membajak/ menyisir sawah.
  10. HUNDALI :Terbuat dari kulit kerbau biasanya dari bagian leher. Digunakan untuk mengikat Ninggala/Sisir dengan sorha atau auga waktu membajak sawah.
  11. TEAL-TEAL : Bahan dibuat dari pakko dan kayu digunakan untuk kendali kerbau waktu membajak.
  12. BATAHI (1) : Dibuat dari bambu digunakan sebagai cambuk pemukul kerbau.
  13. GAIR-GAIR SITOLU RAJA : Gair-Gair bermata tiga dibuat dari pakko dilengkapi dengan mata besi, digunakan untuk menggemburkan tanah.
  14. TALI HOTANG : Bahan dari ijuk pada kedua ujungnya terdapat duo buah tuhe dari bambu digunakan untuk menentukan atau meluruskan pematang sawah.
  15. ROGO PANDABUI : Tangkainya dibuat dari pakko, dan matanya dari kayu untuk meratakan permukaan sebelum ditanami bibit padi
  16. GURIS :Terbuat dari kayu dan besi dipakai untuk menyiangi sawah.
  17. HARANG :Sejenis keranjang dibuat dari kulit bambu, digunakan untuk tempat membawa abu dapur atau-pupuk kandang ke sawah untuk memupuk tanaman.
  18. HIRANG : Serupa dengan Harang tapi lebih kecil, biasanya dibawa sekaligus dua buah dengan memakai pikulan atau Hallungan.
  19. OTAM SAMBILU :Terbuat dari kulit bambu (Sembilu) dipakai untuk alat menuai padi, alat ini tidak dipakai lagi dewasa ini.
  20. SASABI RAHAT : Bahan dibuat dari besi dengan gagang dari kayu tidak dapat dilipat.
  21. AMPANG PARMASAN :Bakul tradisionil Batak Toba terbuat dari rotan, dianyam, isi sekitar 20 liter, digunakan untuk takaran padi. Ampang jenis ini juga digunakan dalam upacara-upacara adat.
  22. AMPANG PAPALIAN : Ampang jenis lain dengan isi sekitar 16 liter digunakan untuk upacara-upacara adat seperti tempat padi dan sijogaron pada upacara kematian orang-orang tua yang sudah beranak, bercucu.
  23. PARRASAN : Tempat padi atau beras dibuat dari bayon (sejenis pandan) dianyam. Isi sekitar 3 Kaleng ( 60 ltr).
  24. ANDOK-ANDOK :Serupa dengan parrasan tapi kecil isi sekitar 1 Liter, biasanya digunakan tempat nasi (tugo) ke ladang atau waktu berpergian.
  25. SOLUP : Terbuat dari bambu, sebagai takaran padi, atau beras.. Ukuran isi sekitar 2 ltr. Solup tidak sama besarnya, jika terjadi suatu transaksi yang dipakai adalah Solup yang didatangi. Dalam hal ini ada ungkapan adat “Sidapot Solup do naro” artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada.
  26. SAKKAK : Songkok ayam dibuat dari bambu, untuk tempat ayam bertelor dan mengeram.
  27. SAKKAK HERENGAN : Songkok jenis lain dan lebih besar. Dipakai untuk tempat ayam yang baru menetas agar terhindar dari sambaran burung elang.
  28. SUNUT :Tempat anak ayam dari bambu yang dianyam.
  29. TEKTEK PAMBALBAL : Sejenis palu dari kayu ringan digunakan untuk membalbal (memukul-mukul) miang bagot ( pohon aren) untuk mendapatkan nira atau tuak.
  30. HAJO : Tempayan tempat tuak dibuat dari tembikar.
  31. SEAK-SEAK ( BOKKOR ) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan untuk cangkir tuak.
  32. TAKKIK :Sejenis tukil (pahat) alat melobang pohon kemenyan untuk mengambil getah kemenyan.
  33. GURIS HAMINJON : Dibuat dari besi dengan gagang kayu untuk mengambil getah kemenyan.
  34. PARANG : Terbuat dari besi digunakan untuk bermacam-macam keperluan pertanian.
Benda, nama dan istilah tersebut diatas hingga saat ini cukup langka untuk dilihat secara kasak mata akan tetapi jika anda ingin melihat secara langsung benda benda bersejarah tersebut diatas, Museum TB SILALAHI CENTER yang terletak di Kabupaten Toba Samosir saat ini dibuka untuk umum, jadi anda dapat menyaksikan serta mempelajari secara langsung secara lengkap dan nyata mengenai Sejarah Tanah Batak beserta Benda-Benda Bersejarah.

BATAKS TIMES
setiap nama jam , suku Batak juga menciptakannya dalam Bahasa Batak. Sama hal nya dengan bahasa Indonesia, kita biasanya mengatakan pukul 01.00 WIB, WITA atau pun WIT sampai pukul 00.00 (24.00). Dan lebih tenarnya lagi sekarang ini hanya 1.00 AM untuk pagi dan 1.00 PM untuk siang. Dengan pembagian AM dimulai dari jam 12 malam lewat satu second sampai jam 12 siang kurang satu second dan selebihnya 12 jam lagi menggunakan PM.
 
Jam Batak
Tentu sudah banyak diantara orang Batak saat ini yang tidak paham atau pun lupa mengenai penamaan jam ini. Namun sudah sepatutnya kita mengingatnya kembali. Berikut penamaannya:
  1. Jam 1 dini hari dikatakan Haroro ni Panangko
  2. Jam 2 dini hari dikatakan Tahuak Manuk Sahali
  3. Jam 3 dini hari dikatakan Tahuak Manuk Dua Hali
  4. Jam 4 pagi dikatakan Buha-buha Ijuk
  5. Jam 5 pagi dikatakan Langat Ari atau Andos Torang Ari
  6. Jam 6 pagi dikatakan Binsar Mata ni Ari
  7. Jam 7 pagi dikatakan Pangului
  8. Jam 8 pagi dikatakan Turba
  9. Jam 9 pagi dikatakan Pangguit Raja
  10. Jam 10 pagi dikatakan Sagang Ari
  11. Jam 11 siang dikatakan Humarahon
  12. Jam 12 siang dikatakan Hos
  13. Jam 1 siang dikatakan Guling
  14. Jam 2 siang dikatakan Guling Dao
  15. Jam 3 sore dikatakan Tolu Gala
  16. Jam 4 sore dikatakan Dua Gala
  17. Jam 5 sore dikatakan Sagala
  18. Jam 6 sore dikatakan Bot Ari atau Sundut
  19. Jam 7 malam disebut Samon Ari
  20. Jam 8 malam disebut Hatiha Mangan
  21. Jam 9 malam disebut Tungkap Hudon
  22. Jam 10 malam disebut Sampe Modom
  23. Jam 11 malam disebut Sampe Modom na Bagas
  24. Jam 12 malam disebut Tonga Borngin
Dimulai dari jam maka akan sampai ke dalam hitungan bulan.
  1. Bulan Januari dikatakan  Morhumba
  2. Bulan Februari dikatakan Martiha atau Tnung
  3. Bulan Maret dikatakan Hurung atau Mena
  4. Bulan April dikatakan Mesa
  5. Bulan Mei dikatakan Morsaba
  6. Bulan Juni dikatakan Nituna
  7. Bulan Juli dikatakan Harahata
  8. Bulan Agustus dikatakan Singa
  9. Bulan September dikatakan Hania
  10. Bulan Oktober dikatakan Hola/Tola
  11. Bulan November dikatakan Dame
  12. Bulan Desember dikatakan Mahara

 HERITAGE BOOK OF BARK
Pustaha laklak sering juga dikatakan buku Laklak. Buku Laklak ialah suatu buku pustaha dimana isinya berisi aksara Batak. Buku Laklak ini terbuat dari kulit kayu. Jika dilihat sekilas akan sangat mirip seperti buku dengan ukuran yang agak besar namun disusun dengan rapi berupa lipatan-lipatan kayu. Dan sampul dari Pustaha Laklak ini digorga atau ditambahkan gambar-gambar ornament yang menggambarkan isi dari bukunya.  “Boja” digunakan sebagai tintanya dan ujung pisau atau “tarugi” yang digunakan untuk menuliskan aksara Batak tersebut di kulit kayu. Boja ialah sejenis “gota” atau getah kayu.

Dahulu kala, sering kali orang mengoleskan getah ini ke gigi mereka, karena menurut mereka gigi mereka akan terlihat lebih bagus dan lebih kuat. Tentu buku Laklak ini juga memiliki fungsi tersendiri bagi orang Batak dan ini tergantung dari penulisnya. Pada umumnya Pustaha Laklak menuliskan ilmu seperti Parhalaan yaitu ilmu perbintangan atau alam. Aji-ajian atau persembahan. Pangubation atau ilmu pengobatan. Datu atau ilmu perdukunan. Pangulubalang atau tempat aji-ajian. Sordam atau ilmu untuk mempelajari alat yang digunakan untuk memanggil roh. Begu atau ilmu mengenai hantu.
Biasanya nama dari suatu Pustaha Laklak ini sesuai atau hampir mirip dengan nama pembuatnya. Seperti Pustaha Laklak yang ditulis oleh Guru Tinating ni Aji dikatakan menjadi Pustaha ni Guru Tinating ni Aji. Pustaha pertama bagi orang Batak yaitu Pustaha yang diterima oleh Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon yaitu Pustaha yang bernama Surat Ogung dan Surat Tombaga Holing.
Ada juga cerita yang mengatakan bahwa pada jaman dahulu kala turunlah si Mangara Pintu dari kayangan dan dia menerapkan apa yang dia dapatkan di kayangan di bumi ini. Dan hal pertama yang ingin dia lakukan ialah menuliskan aksara Batak. Dengan tujuan sebagai pengingat baginya akan apa yang telah diajarkan oleh Batara Guru kepadanya.
Kemudian dia mulai berpikir tentang media yang akan digunakannya menuliskan semua ilmunya. Kemudian dalam mimpinya ia berbicara dengan Batara Guru yang menyarankannya untuk menuliskan semua yang dia dapatkan termasuk kepintarannya. Dan Batara Guru menunjukkan 1 kayu yang bernama kayu Tompitompi. Disitulah ia menuliskan nya. Ia menggunakan darah ayam dan dicampur dengan getah kayu sebagai tintanya. Bambu yang ditajamkan sebagai media untuk menulis ke kulit kayu.
Menurut banyak orang, dibutuhkan banyak waktu dalam pengerjaan buku Laklak ini karena tahap pengeringan kulit kayu adalah tahap yang paling lama. Dan dikatakan semua yang dipelajari  si Mangara Pintu dari Batara Guru dikerjakan sampai selesai sekitar Sembilan tahun Sembilan bulan Sembilan hari. Awalnya buku ini dikatakan Laklak kemudian berubah menjadi Bungku Laklak hingga akhirnya dikatakan Permulaan Pengetahuan.
Setelah buku nya selesai, banyak orang yang menjadikan si Mangara Pintu menjadi orang yang sering dicari. Hal ini membuatnya menjadi orang yang lebih tertarik untuk berkelana. Dan tidak lupa tentunya untuk membawa buku Laklaknya. Namun suatu ketika Batara Guru ingin menyampaikan pesan kembali kepada Mangara Pintu tentang Batak dan mengenai tungkot si Sia Lagundi. Pesannya untuk menuliskan bagaimana hukum kepada Mula Jadi, bagaimana itu Batak dan segala makhluk beserta lingkungannya. Sedangkan tungkot si Sia Lagundi ialah tongkat yang akan digunakan Mangara Pintu untuk melindunginya dari pengaruh buruk. Namun Mangara Pintu terlalu asik dengan perjalanannya sampai ia lupa untuk kembali ke kampung halamannya. Semua orang kehilangan jejak Mangara Pintu dan sampai sekarang tidak ada lagi orang yang tau dimana buku Laklak yang asli tersebut.  Itulah kata sebagian orang.

Container for Magical Substances (Naga Morsarang)
Toba Batak people, Sumatra, Indonesia

The Toba Batak people of northern Sumatra are especially notable for the abundance and variety of their ritual arts. In the past, the primary religious figures in Toba Batak society were datu, male religious specialists who acted as intermediaries between the human and supernatural worlds. Much of Toba Batak sacred art centered on the creation and adornment of the paraphernalia used by the datu in ritual contexts such as divination, curing ceremonies, or malevolent magic. The datu employed a variety of containers made of different materials to hold the supernaturally powerful substances used in rituals and other ceremonial contexts. The type of container seen here, known as a naga morsarang, is fashioned from the hollow horn of a water buffalo.
The tip of the horn is carved in the form of a seated human figure. The wider, open end is plugged with an elaborate wood stopper that depicts a singa (a fantastic creature that served as a supernatural protector) with four human figures riding on its back. These human images possibly represent the succession of ritual masters who preceded the datu who owned the container or figures from local oral tradition.

Art of the Toba Batak

Located in the mountainous highlands of northern Sumatra, the Batak are one of the largest indigenous groups in Indonesia. They are divided into six groups, the Toba, Pak Pak/Dairi, Karo, Angkola, Mandailing, and Simalungun, and have an estimated total population of 3 million.

The traditional communal houses of the Batak have three levels, which correspond to the three levels of their universe: the upper world, the middle world, and the lower world. The high roof represents the upper world, the realm of the gods. The living level (elevated above the ground on pillars) is symbolic of the middle world where humans dwell. The space for animals below the living level represents the lower world, believed to be the home of a mythological dragon. The main decorative elements of communal houses are large, carved animal heads (1988.143.68). These sculptures, positioned at the ends of side beams, function as protective devices that have the ability to release positive energy as well as protect the inhabitants from disease or evil.

A datu's most important possession is his ritual staff, made of special wood that symbolizes the tree of life. Since a specialist is required to create his own staff, they vary widely in style and form. The simplest type of ritual staff, tungkot malehat ("smooth staff"), has a single wooden or metal figure (1988.143.141) attached to the top end of the shaft. Specialists "animate" or activate the power of the figures by filling them with a magical potion, known as pupuk. This substance is considered to be extremely powerful and can be stored only in certain types of containers such as the hollow horns of water buffalo (1987.453.1), wooden vessels, or Chinese trade ceramics (1988.124.2ab).

The Toba Batak, located in the center of the region, are known for their hand-woven textiles. Made exclusively by women, these cloths are used as traditional clothing and ritual gifts of exchange. One important type of cloth, the ulos ragidup (1988.104.25), is traditionally used at wedding ceremonies. On the day of the wedding, the father of the bride presents this cloth to the mother of the bridegroom. This symbolic act unites the two families and ensures the fertility of the couple. It is then passed down from one generation to the next as an heirloom, along with jewelry and other household objects.

The Toba Batak also create carved wooden puppets known as si galegale. These puppets (1987.453.6) are used during funerary ceremonies for wealthy men who have no male descendants to perform their mortuary rites. The puppets are carved in the likeness of the deceased individual, dressed in clothing, and given a complex system of internal strings that are controlled by a puppeteer. After dancing amidst the mourners, the puppets are stripped of their clothing and thrown over the village walls, marking the conclusion of the ceremony.

    Popular Posts

    Cuaca Saonari

    bloguez.com

    Total Pengunjung

    Follow

    Kontributor/ Tim

    THE ART OF BATAK

    $6

    Nitip Link Blog PhotobucketPhotobucket

    Cari Blog Ini

    My Headlines

    Kurs

    Permanent Links